Setiap yang berlaku di muka bumi, datangnya dari Allah. Bukannya datang dari 'kuasa semulajadi'. Bukan juga sekadar fenomena alam.
Semuanya berlaku menurut kehendak Yang Maha Perkasa!
Allah berfirman (Yasin : 82) :
ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ
Maksudnya : “Sesungguhnya kekuasaanNya, apabila Ia menghendaki adanya sesuatu, hanya Ia berfirman kepada benda itu : Jadilah engkau, maka jadilah ia”.
Tujuan penzahiran tanda kebesaran
Allah mengutuskan tanda-tanda kebesaranNya bagi menimbulkan rasa gerun di hati manusia terhadapNya.
Allah berfirman (Al-Isra' : 59) :
ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ
Maksudnya : "Dan biasanya, kami tidak menurunkan tanda-tanda itu, melainkan untuk menggerunkan (manusia)".
Imbas kembali peristiwa gerhana yang berlaku di zaman Nabi s.a.w. Apakah yang Baginda s.a.w lakukan?
Baginda mendirikan solat gerhana. Kemudian berkhutbah kepada orang ramai dengan bersabda :
إن هذه الآيات التي يرسلها الله لا تكون لموت أحد ولا لحياته ولكن يخوف الله بها عباده فإذا رأيتم شيئاً من ذلك فافزعوا إلى ذكره ودعائه واستغفاره
Terjemahan : Sesungguhnya tanda-tanda [kebesaran Allah] ini, yang Allah utuskan [kepada manusia] tidak berlaku kerana [disebabkan] kematian seseorang atau kelahirannya. Tetapi, Allah [mahu] menimbulkan rasa takut di kalangan hamba-hambaNya dengannya (tanda-tanda kebesaran). Justeru, apabila kamu melihat sesuatu daripada [tanda-tanda kebesaran Allah] itu, maka bersegeralah mengingatiNya, berdoa [kepada] Nya dan memohon ampun [dari] Nya". (Hadis sahih riwayat Bukhari)
Ambillah pesan Rasulullah s.a.w ini. Tatkala melihat tanda-tanda kebesaran Allah...
Bersegeralah mengingati Allah...
Berdoalah kepadaNya...
Dan pohonlah keampunan dariNya...
Inilah kelakuan orang-orang yang memiliki hati yang ‘hidup’ dan sejahtera. Yang memahami tujuan tanda-tanda kebesaran itu dizahirkan.
Namun, orang-orang yang hatinya telah ‘mati’, yang jahil, yang melihat tanda-tanda kebesaran Allah hanya sekadar fenomena alam, mereka akan terus alpa dan tidak merasa gementar tatkala melihat kehebatan tanda-tanda kebesaran Allah.
Allah memperihalkan kelakuan mereka dengan berfirman (Al-Mu’minun : 76) :
ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ
Maksudnya : “Dan sesungguhnya kami telah menimpakan mereka dengan azab, maka mereka tidak juga tunduk kepada tuhan mereka dan tidak pula berdoa kepadaNya".
Sesungguhnya, rayuan dan doa kepada Allah yang terlantun dari lidah manusia ketika ditimpa musibah, adalah tanda hati mereka masih ‘hidup’.
Hanya hati yang sudah ‘mati’, yang tetap degil dan keras meskipun melihat kehebatan tanda-tanda kebesaran Allah di depan mata.
Lebih dahsyat dari itu, ialah manusia yang digambarkan oleh Allah dalam firmanNya (Al-Isra' : 60):
ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ
Maksudnya : "Dan kami hendak menakuti mereka, tetapi semuanya itu tidak menambahkan mereka melainkan dengan kekufuran yang melampau-lampau".
Mohon dijauhkan Allah!
Manusia tidak patut merasa aman dari kedatangan tanda-tanda kebesaran Allah.
Allah mengingatkan kita dengan berfirman (al-A'raf : 97-99) :
ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷﭸ ﭹﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ
Maksudnya : Patutkah penduduk negeri-negeri itu merasa aman daripada kedatangan azab kami kepada mereka pada malam hari, semasa mereka sedang tidur? Atau patutkah penduduk negeri itu merasa aman daripada kedatangan azab kami kepada mereka pada siang hari, semasa mereka leka bermain-main? Patutkah mereka merasa aman daripada azab Allah? Sebenarnya tidak ada yang merasa aman daripada balasan Allah itu melainkan orang-orang yang rugi".
Ya, azab Allah boleh datang bila-bila masa. Sering kali ia datang pada waktu yang tidak dijangka oleh manusia...
Di waktu manusia nyenak tidur...
Di kala mereka leka bermain-main dan berhibur...
Kekang bala dengan istighfar dan islah
Namun, dengan kasih sayang dan rahmatNya, Allah menunjukkan kepada kita hamba-hambaNya bagaimana azabnya boleh ‘ditangkis’ dan ‘dikekang’.
Allah berfirman (An-Nur 31) :
ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ
Maksudnya : Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu berjaya".
Sesungguhnya taubat dan istighfar mendatangkan rahmat Allah dan belas ihsanNya seperti yang difirmankan Allah (al-Anfal : 33) :
ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ
Maksudnya : Dan Allah tidak akan menyeksa mereka sedang engkau ada di antara mereka; dan Allah tidak akan menyeksa mereka sedang mereka beristighfar"
Ibnu Abbas r.a berkata :
كان فيهم أمانان : النبي صلى الله عليه وسلم، والاستغفار، فذهب النبي صلى الله عليه وسلم وبقي الاستغفار
Terjemahan : Pada mereka [terdapat] dua [perkara yang menyebabkan] keamanan, [kewujudan jasad] Nabi s.a.w dan istighfar. Telah pergi Rasulullah s.a.w [setelah Baginda wafat] dan tinggallah [hanya] istighfar".
Beristighfarlah...sesungguhnya ia ‘perisai’ yang menghalang turunnya azab Allah!
Allah berfirman lagi ( Hud : 117) :
ﯿﰀﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ
Maksudnya : Dan tuhanmu tidak sekali-kali hendak membinasakan mana-mana negeri dengan sebab kezaliman penduduknya, selagi mereka sentiasa memperbaiki keadaan sesama sendiri".
Perhatikan firman Allah, Dia menyebut 'muslihun' bukannya 'solihun'. Justeru, kesolehan diri seseorang muslim, belum memadai bagi menahan azab Allah.
Bagi ‘menangkis’ azab Allah, disamping menjadi ‘solihun’ (orang-orang yang soleh), manusia perlu menjadi ‘muslihun’ (pemulih).
Hanya dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, manusia yang soleh boleh menjadi ‘muslihun’!
No comments:
Post a Comment